Kepintaran, kekuasaan ataupun kedudukan yang disandang seseorang bukanlah berarti kepemilikan atas segalanya. Bila saja seseorang itu kurang bijak dalam menggunakan dan menjalankannya, maka kekuatan bisa membunuh dan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
Ibarat cermin, pengalaman memberi kita banyak pelajaran dan rambu rambu dalam hidup. Pengalaman juga mematangkan seseorang dalam melangkah menjalani takdirnya.
Maka sebaik- baiknya laku adalah yang dapat mengambil pelajaran dari pengalaman yang pernah dialami. Ibarat keledai, dia pun tak akan mau jatuh ke lubang yang sama dua kali. Pengalaman bukan sekedar mengalami, tetapi lebih dari itu selalu bertanya dan belajar dari apa yang di alami. Dari sana kita dapat mengetahui kelemahan dan kekuatan kita, serta apa yang perlu diperbaiki, atau diubah. Hasil dari semua itu, diharapkan kita memilih keputusan untuk masa depan kita dengan lebih cerdas, cermat, tepat.
Pengalaman akan sangat memberikan fungsinya untuk mengajari kita, bila kita sendiri mau dengan ikhlas dan jujur mengakui pada diri sendiri tentang kekurangan dan kebodohan kita sebagai manusia. Maka dari itu dibutuhkan keluasan hati dan ketidakpuasan atas pembenahan diri. Orang yang cepat puas dalam menentukan kualitas dirinya, biasanya akan miskin pengalaman, atau memiskinkan dirinya dari mendapat pengalaman, walaupun waktu dan hal yang telah dialaminya sangat banyak.
Kualitas pilihan hidup dapat menentukan dan menghasilkan pengalaman, pengalaman sendiri menuntun kita pada sebuah sikap bijak, berhati hati dan penuh pertimbangan dalam melangkah. Orang yang bijak akan dapat menilai persoalan bukan dari satu sudut dan atau berdasarkan kepentingannya sendiri.
Ia tidak akan begitu cepat melakukan dan menilai sesuatu karena kawatir beberapa hal penting akan terlewat, dan ia tidak begitu saja selalu maju dan menerjang, jika perlu ia bersedia menepi dan berhenti. Setelah menguasai keadaan dia akan memutuskan dengan penuh pertimbangan
Kualitas pilihan hidup dapat menentukan dan menghasilkan pengalaman, pengalaman sendiri menuntun kita pada sebuah sikap bijak, berhati hati dan penuh pertimbangan dalam melangkah. Orang yang bijak akan dapat menilai persoalan bukan dari satu sudut dan atau berdasarkan kepentingannya sendiri.
Ia tidak akan begitu cepat melakukan dan menilai sesuatu karena kawatir beberapa hal penting akan terlewat, dan ia tidak begitu saja selalu maju dan menerjang, jika perlu ia bersedia menepi dan berhenti. Setelah menguasai keadaan dia akan memutuskan dengan penuh pertimbangan